Selasa, 30 November 2010

Terlintas pas di Supermarket




Pernah nyadar gak? Kalo pas kita belanja bulanan ke supermarket, kita secara otomatis memasukkan barang-barang yang ingin kita beli ke dalam trolley tanpa berpikir terlalu lama. Ambil ini .. ambil itu .. produk merk A .. produk merk B .. melewati lorong-lorong supermarket yang kita hafal dengan baik (*dengan catatan, kalo belanja di supermarket langganan. hehe).
Dan tanpa kita sadar, ternyata trolley kita sudah penuh dengan produk-produk yang sebagian besar memang adalah produk langganan yang kita pakai dan konsumsi. Dan beberapa “produk” yang kadang kita beli tanpa sengaja, karena kita “kepengen aja beli, hehe .. semacam lapar mata…padahal sebenarnya bukan termasuk daftar belanja bulanan kita.”
Yang pasti, barang-barang yang kita beli biasanya adalah barang-barang yang termasuk “kebutuhan” dan “keinginan” yang ada hubungannya dengan duniawi. Dan kita ringan saja untuk mengeluarkan uang kita untuk membayar barang-barang tersebut.
Lalu, ketika kita dihadapkan pada situasi dimana kita bisa memilih apakah kita mau/tidak untuk mengeluarkan uang kita dalam hal yang berhubungan dengan “investasi akhirat”…terkadang (jujur), kita masih belum bisa untuk “se-otomatis” ketika kita memasukkan barang-barang yang ingin kita beli ke trolley. Kadang masih sering bertanya dulu dalam hati,…kadang masih berhitung dengan nominal yang ingin dikeluarkan. Padahal jelas-jelas pahalanya dijanjikan Allah dan kita tahu pasti,bahwa janji Allah selalu benar adanya. Tapiiiiii, ... kenapa kita masih suka hitung-hitungan untuk “investasi akhirat” (*note: disini,pembahasannya spesifik,maksudnya yang ada hubungan dengan materi, karena “investasi akhirat” pemahamannya luas banget, gak hanya berhubungan dengan materi saja).
Jadi, kenapa untuk “dunia” kita bisa dengan mudahnya mengeluarkan uang kita. Tapi kenapa untuk “investasi akhirat” (terkadang) kita masih belum bisa se-spontan dan se-otomatis kita mengeluarkan uang untuk urusan dunia?
Beberapa ayat al Qur’an untuk mengingatkan diri yang seringkali lalai dalam “investasi akhirat”:
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Baqarah, 2 : 261)
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS.Al-Hadiid, 57 : 18)
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. (QS.Saba’, 34 : 39)
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Baqarah, 2 : 268)
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Ali ‘Imran, 3 : 180)

0 komentar:

Posting Komentar