Jumat, 10 Desember 2010

Kejenuhan Pengungsi Merapi



Teringat sebulan yang lalu ketika di posko pengungsian. Ku tebarkan pandangan ini keseluruh penjuru posko. Hidup di pengungsian sungguh tidak mengenakan, berbaur dengan ratusan orang bahkan ribuan dengan berbagai karakter dan watak. Sarana prasarana yang terbatas, makan seadanya, ke belakang antri, tidurpun beralaskan tikar seadanya atau harus mau berbagi dengan pengungsi yang lain. Kegiatan pasti tidak ada sehingga pemikiran bisa ke mana-mana mungkin ke lokasi tempat tinggal yang ditinggalkan, sehingga secara tidak langsung mendorong pengungsi untuk pulang ke daerah asal yang masih berbahaya.
Terbersit pemikiranku yang agak nyleneh. Bagaimana jika kejenuhan tersebut diisi membaca bacaan-bacaan ringan, seperti majalah, buku-buku cerita dan sebagainya. Beberapa dari kami memang punya program education and healing trauma, tapi kebanyakan anak-anak usia sekolah yang ikut. Padahal disana ada berbagai kalangan. Lamunanku semakin membumbung tinggi. Andai saja para donatur/dermawan mengerti. Mungkin dengan tersedianya bacaan ini maka akan mengurangi kejenuhan para pengungsi di lokasi pengungsian, bahkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan.
Mari bantu saudara-saudara kita yang terkena musibah, dimanapun, siapapun dan kapanpun.
Barangsiapa dibukakan baginya pintu kebaikan (rezeki) hendaklah memanfaatkan kesempatan itu (untuk berbuat baik) sebab dia tidak mengetahui kapan pintu itu akan ditutup baginya. (HR. Asysyihaab)

0 komentar:

Posting Komentar