Senin, 09 Agustus 2010

Teka-teki dari Kakek

“Anak-anak, tugas untuk minggu depan adalah membuat karangan. Kalian boleh mengarang apa saja sesuka kalian. Nanti karangan kalian akan ibu nilai dan kalian harus menceritakan karangan masing-masing di depan kelas!” demikian perintah Bu Jerry pada siswa-siswa kelas 5 SD Negeri Seribu-satu Dongeng, pada saat pelajaran bahasa Indonesia. Tom salah seorang siswa di kelas itu sedikit menggerutu. “Bu guru ini bagaimana sih, padahal minggu depan rencananya saya mau bolos, engga mau masuk kelas, eh ada PR lagi. Males deh….,” demikian gerutuan yang ada di pikiran Tom waktu itu.


Walaupun sedikit bandel, kadang-kadang suka bolos tanpa alasan yang jelas, Tom tetap saja seorang siswa yang cukup rajin bila diberi PR, khususnya untuk pelajaran bahasa Indonesia.


Di rumah, sepulang dari sekolah, Tom segera mulai menulis karangan. Tapi, ia bingung mau menulis apa. Karangan-karangan yang sudah biasa ia buat, topiknya itu-itu saja, membosankan. Tiap kali menulis sebuah kalimat, lagi-lagi Tom kebingungan melanjutkan cerita untuk karangannya. Akhirnya, ia pun tak bisa menyelesaikan tugas karangannya hari itu.


Hari-hari terus berlalu. Tom masih saja belum membuat karangan untuk pelajaran bahasa Indonesianya. Sehari menjelang PR karangan itu akan dikumpulkan, Tom mulai berpikir keras. Sulit rupanya Tom memulai menulis karangannya. Padahal biasanya, Tom itu pandai mengarang. Kali ini, ia kesulitan.


Sore hari, seperti biasanya Tom nonton film kartun di TV ditemani kakeknya. “Kek, saya susah nih mau bikin karangan, PR pelajaran bahasa Indonesia besok. Kek bantuin dong…,” ujar Tom ke kakeknya. Kakek Tom, yang merupakan seorang mantan guru besar matematika itu pun berkata, “Boleh, ntar kakek bantuin. Tapi, ntar dulu ya…, kakek lagi mikirin teka-teki nih…!” “Bagaimana teka-tekinya kek?” tanya Tom ke kakeknya itu. Dan terjadilah diskusi antara Tom dan kakeknya itu.


Kakek: “Teka-tekinya begini. Kawan kakek punya ternak ayam dan domba. Katanya, banyaknya kepala ayam dan kepala domba yang ia miliki 50, dan banyaknya kaki ayam dan kaki dombanya 140. Terus, berapa banyak ayam dan domba yang dimilikinya? Kakek masih bingung nih….” (Saya tidak tahu, apakah kakeknya Tom ini pura-pura saja, untuk mengetes cucunya itu? Atau beliau memang benar-benar kebingungan, belum tahu jawaban teka-teki tersebut)


Tom: “Kayaknya, saya bisa deh kek ngejawab teka-teki itu….., bentar ya…?” (Tom tampak berfikir serius)


Kakek: “Ok deh….”


Sementara waktu, sekitar 30 menitan, terjadilah tanya-jawab yang sangat hangat antara Tom dan kakeknya itu. Hingga akhirnya, Tom berhasil menjawab teka-teki tersebut seperti berikut ini.


Tom: “Karena ada 50 kepala. Tak mungkin semuanya kepala ayam. Kalau semuanya kepala ayam, maka jumlah kaki yang ada pasti 50 x 2 = 100 kaki. Tak mungkin juga semuanya kepala domba. Kalau semuanya kepala domba, maka jumlah semua kaki yang ada pasti 50 x 4 = 200 kaki.” (Tom kembali berfikir)


Kakek: “Ya betul, kakek setuju….”


Tom: “Kalau begitu begini saja. Misalkan ada 25 kepala ayam dan 25 kepala domba. Maka jumlah kaki yang ada adalah 25 x 2 = 50 ditambah 25 x 4 = 100, jadinya ada 150 kaki….”


Kakek: “Setuju….” (Kakek tampak ikut-ikutan berfikir seperti yang dilakukan Tom)


Tom: “Berarti kalau saya misalkan banyaknya kepala domba lebih banyak daripada kepala ayam, ini berarti banyaknya kaki lebih banyak. Berarti, supaya cocok ada 140 kaki, saya harus pilih kalau banyaknya kepala ayam itu lebih banyak daripada banyaknya kepala domba.”


Kakek: “Tom, coba kamu pilih banyaknya ….” (belum sempat kakek melanjutkan kata-katanya, Tom langsung menyela)


Tom: “Saya tahu Kek jawabannya…, saya pilih saja banyaknya kepala ayam itu 30, berarti banyaknya kepala domba itu 20. Karena ada 30 kepala ayam berarti ada 30 x 2 = 60 kaki. Karena ada 20 kepala domba, berarti ada 20 x 4 = 80 kaki. Jadinya, semuanya ada 60 + 80 = 140 kaki. Betul kan Kek?”


Kakek tampak berusaha memahami penjelasan cucunya itu.


Tom: “Jadinya, ada 30 ayam dan 20 domba.”


Kakek: “Oh iya ya…, betul! Sekarang Kakek ga bingung lagi nih….”


Tom: “Kek, katanya mau bantuin bikin karangan? Ayo dong gimana nih kek?”


Kakek:Gini aja, tadi kan kamu sudah bisa ngejawab teka-teki dari Kakek. Nah, coba deh kamu ceritakan diskusi kita tadi dalam bentuk tulisan. Kamu tuliskan ke dalam karangan. Bisa kan?”

Akhirnya, Tom pun kegirangan. Ia punya ide untuk menulis karangannya itu. Malam hari, setelah sholat maghrib dan baca Qur’an Tom pun dengan lancar bisa menuliskan karangannya. Judul karangannya: “Teka-teki dari Kakek”, sama persis dengan judul artikel ini. Selamat membaca!


Catatan:

Untuk para pembaca, coba deh gunakan cara-cara berbeda untuk menjawab teka-teki di atas. Masih banyak cara-cara lain tentunya. Sengaja tak ditampilkan di tulisan ini, silakan beri tahu saya bila sudah ketemu cara-cara lain tersebut! Kesudian Anda memberi tahu saya, akan merupakan kebahagiaan bagi saya tentunya dan juga bagi pembaca lainnya. Betul?


Untuk para pembaca yang sudah “merasa cerdas”, mohon jangan menganggap remeh teka-teki di atas. Berarti, teka-teki ini bukan untuk Anda. Terimakasih.


0 komentar:

Posting Komentar