Titip, aku
ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Bersama
angin yang membiarkannya tersemai subur
Bersama air
yang mengalirkannya jernih
Bersama
hujan yang meresapkannya kuat-kuat mencengkeram Bumi
Bersama
langit yang menyimpan deru deram harapan penduduk Bumi
Titip, aku
ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Bukan. Bukan aku yang memilih menitipkan ini padamu
Tapi Dia, yang Maha mengambil segala titipan
Bukan. Bukan aku yang mempercayakan titipan ini padamu
Tapi Dia, yang Maha menggenapkan yang ganjil, dengan sebaik-baik cara
Bukan. Bukan hendak bermaksud memberatkan pundakmu tersebab titipan ini
Tapi Dia, hanya ingin tunjukkan bahwa engkau adalah lelaki pilihan yang pantas diserahi titipan ini
Bukan. Bukan aku yang memilih menitipkan ini padamu
Tapi Dia, yang Maha mengambil segala titipan
Bukan. Bukan aku yang mempercayakan titipan ini padamu
Tapi Dia, yang Maha menggenapkan yang ganjil, dengan sebaik-baik cara
Bukan. Bukan hendak bermaksud memberatkan pundakmu tersebab titipan ini
Tapi Dia, hanya ingin tunjukkan bahwa engkau adalah lelaki pilihan yang pantas diserahi titipan ini
Titip, aku
ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Menitipkan masa depanMenitipkan duniaku dalam genggamanmu
Menitipkan akhiratku dalam hati jernihmu
Menitipkan separuh hati yang barangkali sempat tak berbentuk
Menitipkan anak-anak
Menitipkan keluarga
Menitipkan cinta
Sekali lagi, bukan. Bukan karena aku tak mampu melakukan sendiri
Hanya saja, kadang berdua itu lebih baik
Kadang bersama-sama menjaga itu lebih baik
Titip, aku
ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Meski pada akhirnya, titipan itu akan terambil
Tidak ada titipan yang abadi, kan?
Sebab perkara hati, urusan perasaan, tidak melulu tentang menjaga
Tidak melulu tentang mempertahankan
Kadang pula tentang melepaskan
Maka dari itu, aku hanya ingin menitipkan, bukan penuh memasrahkan
Meski pada akhirnya, titipan itu akan terambil
Tidak ada titipan yang abadi, kan?
Sebab perkara hati, urusan perasaan, tidak melulu tentang menjaga
Tidak melulu tentang mempertahankan
Kadang pula tentang melepaskan
Maka dari itu, aku hanya ingin menitipkan, bukan penuh memasrahkan
Karena ada
batas waktu, sebab ada kesementaraan
Pun jika
suatu saat masa melepaskan itu tiba
Tak ada yang perlu disesalkan
Aku sudah sampaikan
Kamu pun sudah paham
Kemudian setelah lepas, apa lagi yang hendak kita harapkan?
Berharap pertemuan yang abadi, berbaik sangka kita dijodohkan kembali
Mungkin, kan?
Mungkin saja.
Doa, ini adalah doa yang kusampaikan pada-Nya setelah aku memberi titipan kepadamu
Tak ada yang perlu disesalkan
Aku sudah sampaikan
Kamu pun sudah paham
Kemudian setelah lepas, apa lagi yang hendak kita harapkan?
Berharap pertemuan yang abadi, berbaik sangka kita dijodohkan kembali
Mungkin, kan?
Mungkin saja.
Doa, ini adalah doa yang kusampaikan pada-Nya setelah aku memberi titipan kepadamu
Maka
sudahlah, tak perlu kita saling berjanji sehidup semati
Aku tak pernah mendesakmu begitu begini
Karena aku khawatir, kamu abai dengan janjimu sendiri
Kemudian sebabkan engkau dimurkai akibat janji yang tak sanggup kau tepati
Sudahlah, jangan beri aku janji
Aku tak pernah memintamu berjanji
Aku tak pernah mendesakmu begitu begini
Karena aku khawatir, kamu abai dengan janjimu sendiri
Kemudian sebabkan engkau dimurkai akibat janji yang tak sanggup kau tepati
Sudahlah, jangan beri aku janji
Aku tak pernah memintamu berjanji
Titip, aku
ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Entahlah, mengapa Allah mempercayakan titipan ini padamu
Mungkin, karena Dia telah melihat kesanggupanmu untuk menjaga titipan itu…
Entahlah, mengapa Allah mempercayakan titipan ini padamu
Mungkin, karena Dia telah melihat kesanggupanmu untuk menjaga titipan itu…
Kepada
siapapun yang membaca tulisan ini
Kepada
siapapun yang hendak menitipkan masa depan
Biarkan
Allah yang memilihkan seseorang itu padamu
Biarkan,
biarkan
Sebab
kadang, takdir baik itu datang secara mengejutkan. :)
(Surat
titipan imajiner, yang entah bagaimana, kapan, dan kepada siapa tersampaikan)
0 komentar:
Posting Komentar