Minggu, 19 Mei 2013

Surat Titipan



Titip, aku ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Bersama angin yang membiarkannya tersemai subur 
Bersama air yang mengalirkannya jernih 
Bersama hujan yang meresapkannya kuat-kuat mencengkeram Bumi 
Bersama langit yang menyimpan deru deram harapan penduduk Bumi 
Titip, aku ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Bukan. Bukan aku yang memilih menitipkan ini padamu
Tapi Dia, yang Maha mengambil segala titipan
Bukan. Bukan aku yang mempercayakan titipan ini padamu
Tapi Dia, yang Maha menggenapkan yang ganjil, dengan sebaik-baik cara
Bukan. Bukan hendak bermaksud memberatkan pundakmu tersebab titipan ini
Tapi Dia, hanya ingin tunjukkan bahwa engkau adalah lelaki pilihan yang pantas diserahi titipan ini
Titip, aku ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Menitipkan masa depan
Menitipkan duniaku dalam genggamanmu
Menitipkan akhiratku dalam hati jernihmu
Menitipkan separuh hati yang barangkali sempat tak berbentuk
Menitipkan anak-anak
Menitipkan keluarga
Menitipkan cinta
Sekali lagi, bukan. Bukan karena aku tak mampu melakukan sendiri
Hanya saja, kadang berdua itu lebih baik
Kadang bersama-sama menjaga itu lebih baik
Titip, aku ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Meski pada akhirnya, titipan itu akan terambil
Tidak ada titipan yang abadi, kan?
Sebab perkara hati, urusan perasaan, tidak melulu tentang menjaga
Tidak melulu tentang mempertahankan
Kadang pula tentang melepaskan
Maka dari itu, aku hanya ingin menitipkan, bukan penuh memasrahkan
Karena ada batas waktu, sebab ada kesementaraan
Pun jika suatu saat masa melepaskan itu tiba
Tak ada yang perlu disesalkan
Aku sudah sampaikan
Kamu pun sudah paham
Kemudian setelah lepas, apa lagi yang hendak kita harapkan?
Berharap pertemuan yang abadi, berbaik sangka kita dijodohkan kembali
Mungkin, kan?
Mungkin saja.
Doa, ini adalah doa yang kusampaikan pada-Nya setelah aku memberi titipan kepadamu
Maka sudahlah, tak perlu kita saling berjanji sehidup semati
Aku tak pernah mendesakmu begitu begini
Karena aku khawatir, kamu abai dengan janjimu sendiri
Kemudian sebabkan engkau dimurkai akibat janji yang tak sanggup kau tepati
Sudahlah, jangan beri aku janji
Aku tak pernah memintamu berjanji
Titip, aku ingin menitipkan sesuatu, boleh?
Entahlah, mengapa Allah mempercayakan titipan ini padamu
Mungkin, karena Dia telah melihat kesanggupanmu untuk menjaga titipan itu…
Kepada siapapun yang membaca tulisan ini
Kepada siapapun yang hendak menitipkan masa depan
Biarkan Allah yang memilihkan seseorang itu padamu
Biarkan, biarkan
Sebab kadang, takdir baik itu datang secara mengejutkan. :)
(Surat titipan imajiner, yang entah bagaimana, kapan, dan kepada siapa tersampaikan)

sumber [ disini ]

0 komentar:

Posting Komentar