Harus jujur kuakui, sulit bagiku tuk
definisikan kata rindu. Namun kuserahkan saja jemariku menari untuk menyulam
beberapa kalimat agar mengungkapkan apa yang ku ketahui tentang rindu itu
sendiri.
Siapapun berhak memberikan pandangan
tentang rindu..
Aku pikir, kata rindu itu sendiri
bersifat umum. Dan akan benar-benar bermakna serta bersifat khusus sekiranya
disertai obyek yang dirindu. Obyek tersebut bisa nyata ataupun abstrak
tergantung subyek atau sosok yang sedang merindu..
Tak salah pula sekiranya ku tuturkan
bahwa rindu adalah sebuah kata kerja bagi hati. Ia bukanlah kata kerja bagi
anggota badan yang walaupun anggota badan kerap kali tergerak untuk melakukan
sesuatu sebagai respon dari rindu itu sendiri..
Rasanya sulit juga bagiku memandang rindu
sebagai sebuah ‘penyakit’..
Namun begitu, tak mudah pula kupandang
rindu sebagai reaksi jiwa yang ‘sehat’..
Percikan rindu di sudut hati..
Awalnya, rindu mungkin masih tak ‘liar’
dan sedang terlelap nyenyak di sudut ruang hati..
Seiring detik berdetak, pemiliknya
sering tak tersadar, angin sejuk dari manakah yang jadikan rindu itu terbangun.
Tak pula diketahui, mimpi manakah yang jadikan rindu itu tiba-tiba terjaga..
Seiring waktu pula, rindu semakin
bereaksi dan ‘mengamuk’ serta berkecamuk hebat di hati. Pada saat yang sama,
terbisiklah telinga untuk segera mendengar hal-hal yang rindu inginkan.
Tersapalah lidah untuk berbicara. Terayulah mata untuk memandang. Tergodalah
jiwa tuk rasakan hal-hal yang ingin dikenang..
Obati rindu..
Saat-saat seperti itulah kukatakan
rindu sebagai ‘penyakit’. Walau tak bersifat medis, ia pula terkadang timbulkan
gejala-gejala lain yang menyebabkan si empunya terbaring sakit. Karena itu,
sudah seharusnya rindu itu diobati. Dan hanya perjumpaanlah yang menjadi
penawar sekaligus obat utamanya..
Potret-potret rindu..
Ada banyak potret-potret kerinduan
yang bertaburan dalam kehidupan. Siapa yang tak pernah merindu, bisa dipastikan
tak ada cinta yang ia semburatkan karena rindu tumbuh seiring suburnya
tunas-tunas cinta..
Dulu, ketika engkau bayi dan ditinggal
sebentar sang ibu, tangisanmu langsung meledak dan serpihannya menusuk hati
sang ibu. Terkumpul bermacam rindu darimu untuk ibu. Kau rindukan air susunya.
Kau rindukan pelukan hangatnya. Kau rindukan suaranya. Kau rindukan belaian
sayangnya. Begitu pun sang ibu, pada saat yang sama, ia rindukan imut wajahmu.
Ia rindukan candaanmu. Ia rindukan segalanya yang ada padamu..
Mari sejenak intip sang ayah yang
sedang bekerja seharian di luar rumah. Di tengah fokusnya menyelesaikan tugas,
rindu pun datang bertandang. Ia rindukan anak dan istri di rumah. Ia rindukan
canda si kecil di beranda. Ia rindukan sentuhan lembut kekasih hati. Ia
rindukan racikan masakan kesukaan yang selalu terhidang. Hati begitu ingin
cepat pulang..
Seorang wanita pun begitu sensitif
disapa oleh rindu. Karena tak tundukan pandangan atau tak menjaga etika syar’i
bermu'amalah, wajah seorang laki-laki pun berhasil terekam melalui mata
kemudian ditransfer dan tersimpan dalam pikirannya. Lelaki itu miliki
titik-titik pesona dan mampu ditangkap sang wanita. Itulah yang menjadikan sang
wanita terbalut rindu penuh harap dalam alam lamunannya. rindu menjadikan
telaga air matanya bergelombang riuh hingga terbulir bening bak kristal
menyusuri pipi.
Terlebih lagi bagi mereka baik
laki-laki maupun wanita yang diberikan hidayah oleh Allah untuk lepas dari
hubungan tak jelas dan haram yang bernama pacaran. Datanglah rindu mencandai
dua insan itu. Mereka kenang masa-masa ‘indah’ yang telah berlalu. Syaitan pun
beraksi untuk mengikis hidayah yang telah mereka raih. Ujung-ujungnya, kembali
mereka jalin jalinan hingga dosa-dosa maksiat kembali tertabung..
Dan saat ini, salah satu kerinduan
orang-orang beriman akan terobati dengan datangnya bulan Ramadhan. Tamu agung
yang dinanti-nanti. Di bulan itulah orang-orang beriman menabung limpahan
pahala dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas amal. Mendekati hari pertama
puasa, rindu mereka memuncak. Sebelas bulan sudah berlalu dan pada saat itu
mereka rindukan nikmatnya beribadah, mereka rindukan suasana berbuka puasa,
mereka rindukan suasana sahur penuh berkah, dan pula, mereka rindukan
tetesan-tetesan air mata kala berdoa dan bersujud di hadapan Ar-Rahman..
0 komentar:
Posting Komentar