Kamis, 05 Mei 2011

Mendesain pertemuan pertama



Kesan pertama begitu menggoda ..
Yahya bin Mu’adz, “sebaik-baik sesuatu adalah ucapan yang lembut, yang dikeluarkan dari lautan yang dalam melalui lisan seseorang yang lemah lembut” (fiqh dakwah:190)
Dag dig dug .. deg-degan ..
Berdebar , oh hati ku berdebar (ini kata ike nurjannah)
Atau apapun istilahnya, biasa dialami kita yang akan mengawali sebuah kegiatan, tak hanya tarbiyah, bahkan semua tindakan, apalagi pengantin baru (katanya sich .. ^^).
Judul pertama dan bab utama yang pertama kali mesti diperhatikan saat mengawali sebuah langkah tarbiyah adalah menciptakan pertemuan pertama penuh kesan. Hari pertama begitu menggelora .. selanjutnya? Terserah anda .. xixixi
Ups .. jangan lupa berdoa dulu ya .. minimal gini ..
Rabbish syrahlii shadrii wa yassirlii amri wahlul ‘uqdatan min lisaanii yafqohu qauli .
Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.
Ukey, kita mulai pembahasan .. bagaimana mendesain pertemuan pertama?
1.       Di desain dengan prima
Tarbiyah perdana akan bermakna bila sejak detik pertama didesain dengan prima. Bila sejak pertama kita sudah mampu menciptakan kesan terindah, ini akan jadi langkah besar penuh berkah di jalan dakwah. Awal yang baik akan membawa kebaikan selanjutnya. Sebab, kebaikan itu mengajak saudaranya kepada kebaikan yang lain.
Mungkin awalnya gugup, grogi, minder atau merasa mati kutu pas mengawali di suatu forum baru .. itu wajar sahabat, aku dulu juga begitu .. hehehe
2.       Optimalkan persiapanmu
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya dan berjihadlah pada jalanNya, supaya kamu mendapat keberuntungan (QS. Al Maidah : 35)
Apa yang musti dipersiapkan?
Biar ga’ gugup, kita harus mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari fisik, mental, materi, medan, sampai kondisi forum (audiens).
Fisik .. bugarkan n segarkan ..
Bersihkan badan dan pakaian, bila perlu pakai minyak wangi, sudah nyunnah, bikin lebih percaya diri lagi. Digaransi dech .. ^^ .. freshkan diri raih prestasi .
Luruskan motivasi ..
Da’i memberi karena yakin Allah yang akan membalas. Menebar ilmu sebagai energi positif dan deposito produktif. Inilah energi yang terus menyalakan nyali sebab Allah jadi tujuan tertinggi.
Kendalikan rasa takut ..
“kalau aku hidup, aku tidak takut kehilangan makanan. Kalau aku mati, aku tidak takut kehilangan kuburan. Cita-citaku adalah cita-cita pemimpin, jiwaku adalah jiwa merdeka yang melihat kelemahan sebagai kekufuran” (imam syafi’i)
Lawan rasa takut dengan melakukan apa yang kita takutkan. Cara tercepat untuk mengalahkan rasa takut adalah dengan melakukan apa yang kita takutkan.
Dalam sebuah pelatihan ditanyakan,
“mengapa orang yang masuk ke dalam air setinggi 10 inchi bisa tenggelam?”
Rata-rata peserta menjawab, “karena orang itu ga’ bisa berenang”
Benarkah? Kurang tepat.
“dia tenggelam karena dia tidak mau menggerakkan kakinya untuk pindah tempat”
Bangun rasa percaya diri ..
Jadikan motivasi diri sebagai bahan bakar. Jadikan percaya diri sebagai gas, dan jadikan tahu diri sebagai rem.
Menguasai materi dengan teliti ..
Bagaimana mungkin berperang tanpa bawa amunisi? Jangan melangkah penuh nyali tapi kantong kosong tak berisi seperti orang buta berlari-lari tanpa kendali. Bermula dari membaca, ini pasti ..
Kenali medan presentasi ..
Sebelum kita jauh melangkah, kenali, pahami, cermati, lalu perhatikan dengan teliti apa yang mesti kita siapkan dan antisipasi. Misalnya momen acara, tujuan spesifik acara, lokasi, plus kenali spesifikasi audiens (yang hadir : tua, muda, anak”, pejabat, masyarakat umum, atau yang lain).
3.       Gunakan adaptor dakwah
Tau adaptor kan? Kalau listrik dari jaringan voltage tinggi langsung ke alat elektronik, apa yang terjadi? Dijamin akan meledak karena tegangan terlalu tinggi (zizizi .. ^_^v). Karenanya dari listrik tegangan tinggi bagi perkakas sehari-hari perlu adaptor, penyelaras arus dan tegangan .
Dalam dakwah dan tarbiyah, untuk menjembatani pemahaman kita dengan pemahaman audiens, kita juga perlu adaptor dakwah.
Adaptor sosial
Anzilinnaasa manaazilahum, tempatkanlah manusia berdasarkan kedudukan mereka.
Di awal dakwah, Rasulullah melakukan rekruitmen terhadap Abu Bakar dan Umar sebagai tokoh kunci. Lewat tangan bijak Abu Bakar, ia merekrut Utsman, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abu Ubaidah. Melalui keperkasaan Umar dan kependekaran Hamzah dakwah penuh ‘izzah.
Adaptor intelektual
Khatibun naasa ‘alaa qadari uqulihim, bicaralah kepada manusia berdasarkan kadar intelektual mereka.
Ketika berbicara dengan  Ali bin Abi Thalib yang muda dan cerdas, maka Nabi menyentuh kecerdasan intelektualnya. Atau saat Nabi menghadapi pemuda ‘emosional seksual’ yang minta izin zina, beliau gugah kesadaran emosi, akal dan hatinya, “Relakah bila ibumu dizinai? Relakah bila saudarimu dizinai? Relakah bila bibimu dizinai? ...” Demikian sehingga pemuda itu sadar dan mendapat hidayah Allah.
Kini para da’i dan murobbi bisa menggugah kesadaran otak kiri dan otak kanan audiens dan mutarobbi sehingga dakwah lebih mengena.
Adaptor budaya dan bahasa
Khatibun naasa bi lughati qaumihim, bicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya.
‘Barang siapa menguasai bahasa suatu kaum, maka ia akan terhindar dari kejahatan kaum tersebut.’
Adaptor ekonomi
Tu’ khadu min aghniyaa ‘ihim wa turaddu ilaa fuqaraa ‘ihim, ambillah harta-harta itu dari orang-orang kaya mereka lalu kembalikanlah kepada orang-orang fakirnya.
Coba renungkan, berapa banyak orang yang berhaji ke tanah suci sampai pemerintah membatasi, namun mengapa begitu sedikit orang yang mau berzakat dan menginfaqkan hartanya di jalan Illahi?
Ok, ini peluang buat akhi wa ukhti fillah .. ^_^
Lisaanul haal afshohu min lisaanil maqool ..
Apa yang dilakukan itu jauh lebih berkesan daripada apa yang diucapkan.

0 komentar:

Posting Komentar