Senin, 25 Oktober 2010

Wisata bermakna (Rihlah)



 “Aslm .. hasil syuro’ pleno frisca kemarin : tim syiar diharapkan mengadakan acara keakraban pengurus. Dalam waktu dekat ini” kira-kira begitu sms dari kabid ku beberapa hari yang lalu.
Maklum pas syuro’ itu, aku ga’ bisa datang, karena da urusan.
** Jadi ingat dulu pas masih ikut organisasi di kampus, dari awal ku masuk sigma ku diamanahi jadi staff syiar, sampai sekarangpun masih di syiar, istiqomah banget sich .. (celethuk temanku) **
Hmm .. keakraban??
Wuaa, mo dibentuk seperti apa ni .. pak ketu minta sebelum Idul Adha tahun ini, padahal 2 pekan lagi dah hari raya.
Senin sore, pak kabid sms lagi : “mas Aji (ketua frisca skaligus kakak kandung kabid syiar) pesen di pulau Panjang Jepara, gimana?”
Hati ku agak lega, ga’ usah pusing memikirkan tempatnya, pikirku. ^^
Langsung ku jawab : “ya ga’ papa, asal ada yang mengkoordinir”
Memang sepertinya kami perlu meluangkan waktu untuk rehat, refreshing, karena sudah lama kami tidak ngumpul bareng, setelah Juni lalu kami mengadakan acara yang cukup besar, melibatkan warga umum, pelajar, polisi, bahkan pejabat daerah, setelah itu sibuk dengan aktivitas masing-masing. Harapannya biar bisa ngumpul bareng seperti dulu lagi sekalian piknik .. ^^
jadi ingat, sebuah artikel yang pernah ku baca dulu, tapi lupa judul n penulisnya .. kurang lebih seperti ini ..
Hati memang terbilang ringkih. Dia jenderal penggerak manusia, tapi butuh perawatan ekstra. Terlalu lama membiarkannya terbuai dengan kesenangan, membuatnya keras. Akan tetapi, terlalu keras menempanya dengan niatan tangguh juga bisa memberi efek yang tidak jauh berbeda.
“Hiburlah hatimu pada saat-saat tertentu (maksudnya hiburan yang tidak melanggar norma agama dan akhlak)” HR. Thabrani dan Baihaqi
Meluangkan waktu untuk rehat, menghibur hati, merupakan sebuah kebutuhan. Maka, agendakanlah dalam satu bulan sekali atau jika sibuk bisa tiga bulan sekali, atau sesuai kebutuhan, untuk berwisata. Yang jelas, jangan terlalu sering melakukannya, karena bisa mengacaukan proporsi jadwal kita yang memang padat, juga bisa member efek “manja” terhadap tantangan hidup. Meski demikian, tidak memberikan sama sekali porsi untuk berwisata juga akan membuat hati kecut, merindukan sesuatu yang itu tidak kita ketahui.
Rihlah .. ga’ da salahnya kn? Jadi kapan rihlahnya?

0 komentar:

Posting Komentar