Senin, 17 Oktober 2011

Perkenankanlah Aku MencintaiMu Semampuku



Tuhanku, 
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu
Lembar demi lembar kitab kupelajari
 
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi
Tentang cinta para nabi
 
Tentang kasih para sahabat
 
Tentang mahabbah para sufi
 
Tentang kerinduan para syuhada
 

Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
 
Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan

Tapi Robbi,
 

Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun berlalu
Aku berusaha mencintaiMu dengan cinta yang paling utama, tapi
Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untukMu
Aku makin merasakan gelisahku membadai
Dalam cita yang mengawang
 
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi
Hingga aku terhempas dalam jurang
 
Dan kegelapan

Wahai Ilahi,
 
Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu
 
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali
 
Menatap, memohon dan menghibaMu:
 
Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii,
 
Perkenankanlah aku mencintaiMu,
 
Semampuku
 
Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii
 
Perkenankanlah aku mencintaiMu
 
Sebisaku
 
Dengan segala kelemahanku
 

Ilaahi,
 
Aku tak sanggup mencintaiMu
 
Dengan kesabaran menanggung derita
 
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa
 
Karena itu izinkan aku mencintaiMu
 
Melalui keluh kesah pengaduanku padaMu
 
Atas derita batin dan jasadku
 
Atas sakit dan ketakutanku
 

Rabbii,
 
Aku tak sanggup mencintaiMu seperti Abu bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarga. Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo harta demi jihad. Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dienMu. Izinkan aku mencintaiMu, melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan–makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.
 

Ilaahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang shahabat NabiMu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.
 

Robbii, aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu. Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu-dua rekaat lailku. Dalam satu dua sunnah nafilahMu. Dalam desah napas kepasrahan tidurku.
 

Yaa, Maha Rahmaan,
 
Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.
 

Yaa Rahiim
 
Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu. Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagiMu. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu. Maka izinkanlah aku mencintaiMu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.
 

Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya. Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya. Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.
 

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii
 
Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.


0 komentar:

Posting Komentar