Senin, 06 September 2010

Wisuda dan Wis ‘udah’ (duo version)




.. catatan seorang teman di Banten ..

Suatu malam dia termenung dan mencoba untuk menetap langit di malam hari. Tatapan kosong tak tentu arah menyimpan rahasia ataupun duka. Tidak tahu apa yang menjadi pikirkannya. Memang beda masalah selalu menjadi tantangan tersendiri dibandingkan dengan yang lain (mencoba melakukan pembenaran yang tak subsantif.he) atau melakukan pembenaran yang lain di atas kesibukan dan kerjaannya. Di tangannya ada handphone yang bosannya berdering yah minimal 1 minggu sekali sekalian menanyakan kabar. Ataupun ketika pulang ke rumah masing-masing,,, hmm seakan-akan ada kembali kultum dadakan serasa menghujam direlung hati yang paling dalam. Sepucuk surat datang diantar.


Isinya apa lagi jika bukan menanyakan “Kapan Wisuda, Nak?”…… “Kagak malu elu sama kaka, ema udah bosen liat elu dikampus”…… “de, de,, kapan koe lulus” "cepet lulus yah abang, jadi contoh adik-adik mu tuh" setelah mendengar celotehan itu dia pun merintih dengan kesal dan hanya bisa meluapkannya dalam hati, “sampe bosen gw diteror dan diingetin kayak gitu” … “mau lari dari dunia ini dan menepi sendiri” ……
Payah.. Bertanya pada diri sendiri, terkadang sedih. Apa kesalahan ku ya Rabb…

Semasa dikampus dikenal bintang ‘jalanan’, kucing kampus, macan kampus dan beberapa sebutan yang membuat bangga tak berarti. Wisuda hanya jadi impian atau angan kosong. Tidaakkk. Bagaimana mungkin diwisuda, ‘wong’ mengajukan judul saja belum. Bagaimana mau diwisuda, jika belum lulus. Bingung harus menjawab apa, mengingat harapan mamah atau ayah kedua orang tua kita, kerabat, paman, nenek atau kakek sangat besar. Bingung harus berbuat apa.

Terlebih lagi saat ini masih mengemban banyak amanah organisasi, partai, entah mengajar, privat di beberapa tempat, bisnis, kerja kecil2an, wartawan, jaga warnet, dan lain sebagainya. Jangan jadi hambatan hal itu seharusnya jadi factor yang menyemangati diri. Ya Wis ‘udah’ ajah dah. Aku kan sudah mapan. Akhirnya, dia pun hanya bisa termenung. Melakukan kontemplasi di kamar kostnya atau rumahnya.

Saudaraku, satu perjuangan.
Sepenggal kisah di atas tentunya tak asing bagi kita tentunya buat saya. (hehehe, nyadar) Disukai atau tidak. Disadari atau tidak hal di atas merupakan miniatur sebagian aktivis. Mungkin dalam hati kecil, kita masih berkelit. Masih mencari-cari pembenaran dengan alasan dakwah. Astaghfirullah. Namun kemudian yang harus disadari adalah apa yang harus kita lakukan? Terkadang kita mengaitkan dengan aktivitas kita. Entah itu membandingkan antara yang baik dan buruk. “kaka mah bukan aktivis coba aktif” atau “ini mah eksak Lulusnya lebih lama” (pembenaran lagi dah.. :p)

Meninggalkan Kampus ini pasti sekalipun dengan penuh harapan. Pulang ke kampug halamanan membawa nama baik tentunya buat keluarga besar kita. Bagi seorang mahasiswa, secepatnya diwisuda tentu menjadi cita-cita kita. Saya masih ingat dengan konsep IZZAMTA (Ikhtiar.. Azzam….. Tawakal….) dulu begitu melekat, sekarang seolah-olah luntur ditelan waktu.

Saudaraku, jika kita terlanjur mengalaminya yang harus dilakukan adalah bangkit dari perenungan, dan segera melakukan ‘action’ untuk menggapai cita-cita kita. Bukan cumin aksi di lapangan. Masa semangat aksi aja bisa, Semangat wisuda dunkkk (kata mata hati pelangiku). Merealisasikan asa ibunda, ayahanda tercinta atau untuk orang-orang tercinta kita.

Perjuangan ini memang tidak hanya membutuhkan semangat. Harus ada pengorbanan apa yang sekarang menjadi milik kita.

So…Wis ‘udah’ jangan kontemplasi lagi. Kini saatnya berjuang meraih cita kita.
Wis ‘udah’ Kini saatnya kita merasionalisasikan kepada orang tua kita, agar mereka tidak salah paham.
Wis ‘udah’. Kini saatnya kita instrospeksi diri dan yang terpenting mohon doa restu dari orang tua kita atau orang yang kita cintai.
Wis ‘udah’ kite mah udah mapan udah kerja, tapi alangkah baiknya disertai dengan mewujudkan harapan keinginan besar orang yg kita cintai.

IZZAMTA…!

Hingga saatnya tiba. Kita bisa menjawab dengan : WISUDA…
Alhamdulillah bukan Wis ‘udah’

Jalan ini terasa lapang laiknya jalan tol tanpa hambatan, plong pikiran ini. Menjadi bahan bukan anomaly untuk putus asa.

Saudaraku,
Jangan melangkah setengah hati ketika Azzam telah terpatri kuat. Lakukan gerak untuk mencapai asa jiwa. Yakinlah bahwa pertolongan Allah amatlah dekat.
Allah lah Sang Pemberi Harapan
Allah lah Sang Pengabul Doa

.
Mata elang selalu melihat dengan tajam untuk mengintai mangsanya
Kelelawar mampu terbang di malam hari
Burung melayang menemus langit
.

Bahkan kita bisa melakukan lebih dari itu.

Untukku, Pelangiku dan Spesial untuk Teman-teman seperjuangan 2004:
Jangan berhenti berjuang tuk raih cita dan harapan!
Man Jadda Wa Jadda
Ajtahidu fauqa mustawal akhar
Terus berjuang di atas rata-rata usaha orang lain….

0 komentar:

Posting Komentar