Jumat, 18 November 2011

Bahagia Menjadi Penyeru


“Barang siapa yang enggan berdakwah / menyeru, maka takbirkanlah ia 4 kali ( shalat jenazah ) karena sugnguh ia telah mati sebelum mati" – Imam Asy Syafi’i-

“ Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang meyeru kepada Allah...? ”  firman Tuhan pada surah fushilat ayat ke 33.  Dalam tafsir fi zhilaalil  Qur’an nya, Sayyid Quthb menafsir ayat ini dengan menuliskan “Allah memuliakan para penyeru kebenaran”. Seperti yang pernah saya tulis pada catatan  ini beberapa hari yang lalu, bahwa kemuliaan sebagai seorang penyeru kebenaran. Terpuji dihadapan Allah. Bahkan berdakwah pun bisa dilakukan dengan metode nan sederhana, seperti yang pernah dilakukan oleh  habib An-Najjar yang terkisah di surah yaasiin ayat 20.

“ yaaa qaumittaabi’ul mursaliin, wahai kaumku, ikutilah para utusan-utusan itu.”   ( QS. Yaasiin : 20 )

hanya dengan mengatakan atau menghimbau mengikuti para rasul. Tanpa banyak retorika dan kata, itu telah terkategori sebagai sebuah bentuk dakwah.  Dan Ia pun berhak atas surga. Namun dakwah pun miliki rambu-rambu yang harus diikuti.

Kisah Nyata: Kisah Seorang Istri yang Shalihah


Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.
Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah…
Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.
Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya. 
Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..
Yaqin bilang,

Kamis, 17 November 2011

Mimpi digigit ular


Katanya, kalau saat tidur malam kita diusik oleh mimpi bertemu ular, berarti akan ada jodoh yang datang. Kalau ular itu menggigit atau melilit, berarti jodohnya sudah dekat. Sebentar lagi jodoh itu akan datang melamar. Asyik ya. Terus kalau dikejar, katanya kita lagi dikejar-kejar oleh jodoh kita yang entah dimana. Mungkin sebentar lagi dia juga akan menyatakan kesediaannya datang ke rumah dengan segala kesungguhannya untuk melamar.

Nah, kalau dalam mimpi kita ternyata mampu membunuh ular, aduh kita membunuh jodoh kita donk. Alias jodoh semakin menjauh dan mungkin orang yang sudah dilamar bisa dibatalkan atau jangan-jangan yang sudah menyebar undangan gagal menikah. Kasihan ya …

Itu semua gara-gara

Makna (nilai) dari Dolanan Anak


Selama ini sering kita bernyanyi asal nyanyi, bermain pun asal main, tak banyak yang tau apa makna nyanyian dalam sebuah permainan. Hmm .. termasuk aku juga. Hehe ..

Beberapa waktu lalu, aku iseng buka catatan teman” di fesbuk, dari keisengan itu aku menemukan notes yang menggelitik tentang Indigenous Values dari Lagu Gundul-gundul pacul. Bagus banget cing .. aku terkesan, seumur-umur aku nyanyi ya cuma nyanyi tanpa tau maknanya. Baru setelah aku baca notes itu, aku baru sadar ternyata maknanya dalam euy .. ^_^

Pengen tau lebih lengkap kan? Yuk kita simak bareng ya ..

Gundul gundul pacul : tembang Jawa ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia.

Gundul adalah

Rabu, 16 November 2011

Biduk Kebersamaan

"Jika engkau menghadapi dunia dengan jiwa lapang, engkau akan memperoleh banyak kegembiraan yang semakin lama semakin bertambah, semakin luas, duka yang makin mengecil dan menyempit. Engkau harus tahu bahwa bila duniamu terasa sempit, sebenarnya jiwamulah yang sempit, bukan dunianya.”
(Ar-Rafi’i)
Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Adakah di antara kita yang tersayat atau terluka ? Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti. Kita tak pernah berhenti karena menderita oleh keadaan seperti itu. Di jalan ini, "rasa sakit telah menjadi kenikmatan, pengorbanan menjadi indah dan jiwa menjadi tidak berharga." Kata itu yang pernah diucapkan seorang pejuang Palestina terkenal yang telah gugur, Mahmud Abu Hanud. Inilah perjalanan yang kita pilih untuk kita lalui bersama menuju keridhaan-Nya. Tujuan yang kita tetapkan dalam kebersamaan terbukti telah menjadikan kita lebih kuat, tabah, kokoh, menghadapi rintangan apapun juga.

Saudaraku,
Dalam perjalanan panjang seperti ini, kita memerlukan satu bekal, yaitu

Mencari Energi yang Hilang dalam Dakwah


Jiwa manusia tak jauh beda dengan anggota tubuh yang lain. Tangan akan lelah jika terus mengangkat. Kaki akan pegal-pegal saat terus berlari. Mata akan berair jika tak henti menatap. Dan, lelahnya jiwa ketika semangat kian surut. 

Ada sesuatu yang aneh dirasakan Ka’ab bin Malik. Entah kenapa, sahabat yang begitu dekat dengan Rasul ini merasa enggan untuk segera berangkat bersama yang lain menuju Tabuk. Padahal, hampir tak seorang pun yang luput dari perang besar ini. Semuanya siap ikut. Paling tidak, memberikan sumbangan yang mereka punya. Ada apa dengan Ka’ab?