“Barang siapa yang enggan berdakwah / menyeru, maka takbirkanlah ia 4 kali ( shalat jenazah ) karena sugnguh ia telah mati sebelum mati" – Imam Asy Syafi’i-
“ Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang meyeru kepada Allah...? ” firman Tuhan pada surah fushilat ayat ke 33. Dalam tafsir fi zhilaalil Qur’an nya, Sayyid Quthb menafsir ayat ini dengan menuliskan “Allah memuliakan para penyeru kebenaran”. Seperti yang pernah saya tulis pada catatan ini beberapa hari yang lalu, bahwa kemuliaan sebagai seorang penyeru kebenaran. Terpuji dihadapan Allah. Bahkan berdakwah pun bisa dilakukan dengan metode nan sederhana, seperti yang pernah dilakukan oleh habib An-Najjar yang terkisah di surah yaasiin ayat 20.
“ yaaa qaumittaabi’ul mursaliin, wahai kaumku, ikutilah para utusan-utusan itu.” ( QS. Yaasiin : 20 )
hanya dengan mengatakan atau menghimbau mengikuti para rasul. Tanpa banyak retorika dan kata, itu telah terkategori sebagai sebuah bentuk dakwah. Dan Ia pun berhak atas surga. Namun dakwah pun miliki rambu-rambu yang harus diikuti.