# Jalan di sawah
Di gigit lintah
Kakinya berdarah…
# Tegak seorang na
Lamo lamo na…
# Tak lelo lelo lelo ledhung
Anakku sing gagah dhewe
Besuk gedhe arep dadi opo?
Masih kah ingat dengan ke-3 syair diatas? Syair sederhana yang orang tua nyanyikan saat bayi belajar berdiri atau berjalan. Mungkin kita pun dulu saat bayi mengalami hal yang sama, saat kita dituntun untuk belajar berjalan selangkah demi selangkah oleh ibu atau ayah kita. Sesekali jatuh lalu bangkit lagi, jatuh dan bangkit lagi, sampai akhirnya kita bisa berjalan dengan baik bahkan berlari kesana kemari, kedepan kebelakang, melompat-lompat sambil tertawa lepas. Bermain dengan teman-teman, mengejar layang-layang, menerjang aral rintang di hadapan, tertusuk duri, tertusuk pecahan kaca, lalu kau obati, dan sembuh, lalu mengulanginya lagi berlari dan terus berlari, mengejar dan terus mengejar, sampai apa yang kita mau, apa yang kita inginkan, yang kita harapkan dapat kita raih. Lalu kita pun tersenyum puas, meski sebelumnya harus berdarah karena duri dan pecahan kaca. Yups sekarang kita telah menjadi pemenang “the winner”. Karena memang fitrah kita adalah sebagai pemenang. Sejak lahir ke dunia pun kita sudah menjadi pemenang karena telah mengalahkan jutaan sel sperma yang dipancarkan ke sel telur.
Kawan, mari kita renungkan sejenak. Andai saja, jika saja, kita dahulu saat bayi, saat belajar berjalan kita menyerah, karena harus jatuh dan jatuh lagi. Apa yang akan terjadi??